LKM 2011 Hari Ketiga (Kebersamaan dan Keharuan di Akhir Acara)

0 komentar
Ini adalah tulisan kami yang terakhir mengenai jalanya LKM 2011. Untuk tulisan-tulisan sebelumnya dapat dibaca disini dan disini. Masuk ke cerita, hari terakhir adalah hari yang penuh dengan emosi panitia. Sedih, kesal, marah, kecewa, semua berbaur menjadi satu. Bagaimana tidak, kerja keras, tenaga, dan pengorbanan yang mereka berikan selama 3 hari sampai saat itu amat sangat tidak dihargai oleh para peserta. Mereka menganggap panitia telah gagal melaksanakan acara pelatihan ini. Dilihat dari banyaknya miss komunikasi antar panitia, hingga tempat pelatihan yang mereka anggap tidak layak.

Entah darimana aktivitas hari ini dimulai, selepas sholat subuh berjamaah, peserta membakar jagung dan ayam yang mereka peroleh dari jurit malam (kami menyebutnya survival night).

Flashback.
Dari 27 peserta dibagi menjadi 5 kelompok dan mereka harus berjalan dengan mata tertutup kecuali ketua regu dan mereka diharuskan berjalan dengan memegang pundak teman di depannya menuju pos-pos yang telah diisi oleh beberapa orang panitia. Dalam setiap pos, mereka diberikan pertanyaan tentang materi yang telah mereka dapat di ruang forum. Setiap regu yang berhasil menjawab pertanyaan dari ‘kakak OC’ berhak mendapatkan sebuah barang yang nantinya setelah terkumpul dari kelima pos ternyata adalah bahan-bahan untuk membuat api unggun dan bakar-bakar jagung dan ayam. Acara survival night ini dilakukan dari pukul 02:00 hingga fajar menyingsing. Setelah sholat subuh, mereka dipersilakan untuk bakar-bakar jagung dn ayam sekaligus sebagai pelengkap menu sarapan mereka.

Kembali ke alur.
Pagi itu disaat peserta yang lain sedang bakar-bakar, panitia dikejutkan oleh salah seorang peserta yang mendadak sesak napas. Divisi kesehatan dibantu panitia lainnya dengan sigap melarikan peserta tersebut ke klinik terdekat untuk menjalani penanganan secara medis dan ternyata diketahui bahwa ia memiliki riwayat paru-paru basah dan tidak boleh terkena terpaan udara dingin. Setelah melalui penanganan medis, ia bisa kembali ke lokasi pelatihan.

Setelah peserta selesai bakar-bakar, mereka dipersilakan untuk tidur sejenak dan ketika bangun mereka dikejutkan dengan segerombol manusia berjaket merah. Ya, saat itu adalah sesi perkenalan OC dan SC. Rupa-rupa ekspresi mereka ketika dibangunkan dari tidurnya yang nyenyak setelah semalaman ‘jalan-jalan’ di alam bebas.  Kemudian acara selanjutnya tidak ada yang terlalu istimewa, hanya mandi, sarapan, kemudian materi.

Pukul 09:10
Peserta yang tadi pagi sesak napas kambuh lagi. OC kesehatan yang saat itu hanya icha dan fahmi yang bertugas karena yang lainnya sedang istirahat dengan sigap memberikan pertolongan pertama dengan oksigen dan Alhamdulillah sesak napasnya sedikit berkurang. Karena takut terjadi hal-hal yang lebih parah maka panitia berinistip mencari taksi untuk membawanya ke rumah sakit terdekat namun ia menolak dengan alasan sudah banyak merepotkan panitia.
Berbagai upaya dilakukan untuk membujuk peserta tersebut namun ia bersikeras menolak hingga menitikan air mata. Saat taksi tiba di lokasi ia tetap menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Pada akhirnya OC kesehatan mengambil alternatif untuk memberi lagi obat dari klinik dan menunggu reaksinya. Kalau sampai pukul 12 siang tidak ada perubahan maka dengan sangat terpaksa bagaimanapun caranya ia harus dibawa ke rumah sakit dan Alhamdulillah setelah mengonsumsi obat lagi, kesehatannya mulai membaik.
Acara makan siang.
Makan siang kali ini diatas sebuah daun pisang yang dibentangkan dengan maksud untuk mempererat kebersamaan antar peserta. Namun makan siang yang khidmat ini dinodai oleh perbuatan salah satu peserta.
(Saya juga bingung gimana harus nulisnya, pokoknya ada OC yang marah-marah waktu peserta makan. Alasannya karena peserta tersebut tidak menghargai panitia yang belum makan siang sedang mereka dengan nikmat makan tanpa ada pengertiannya dengan panitia. Ngerti kan?? )
Akhirnya terbentuklah dua kubu, panitia dan peserta. Panitia yang merasa kerja kerasnya tidak dihargai sama sekali ketika di lembar demokrasi mereka menulis kalimat yang sama sekali tidah ada penghargaannya kepada panitia.
LKM = pramuka
Nasi = batu
OCnya tidak berkompeten
Acaranya basi
Miss komunikasi diantara OC
Dan lain-lain.
Kalimat itulah yang mereka tulis di lembar demokrasi dan masih banyak kalimat-kalimat lain yang menyudutkan LKM. Reza Achmad selaku as MOT mencoba menyelesaikan persoalan ini. Menapa peserta dapat bertindak demikian. Kemudian dibuatlah sebuah forum dimana peserta meluapkan semua emosi terpendamnya di LKM.

Dalam kubu peserta pun terpecah menjadi dua kubu. Antara yang masih bertahan di LKM hingga acara selesai dan menyelesaikan masalah ini dengan panitia, dan kubu yang satunya nekat ingin pulang dan meninggalkan acara LKM. Dalam forum itu mereka mengeluarkan semua unek-uneknya.
“saya disini juga berkorban. Saat juri malam, saya ditunjuk-tunjuk muka saya kak. Saya tidak terima!! Saya ada disini meninggalkan dua mata kuliah TPL kak! TPL!” seorang peserta dari TPL berkata dengan sangat emosi.
Kemudian sampai satu pernyataan terlontar dari salah seorang peserta laki-laki.
“jadi kalian sengaja memberikan kami makan siang dan diatas daun pisang karena kalian kesal pada kami yang menulis di lembar demokrasi?”
Kata-kata peserta tersebut (saya agak kurang bisa menggambarkan situasi saat itu) yang pasti membuat panitia lain naik darah, bahkan OC Konsumsi sampai menangis. Bagaimana tidak, mereka memasak tanpa kenal lelah, pagi, siang, sore, bahkan pada malam hari mereka masih menyiapkan bahan-bahan untuk dimasak demi peserta dapat sarapan. Siapa yang tidak sakit hatinya ketika jerih payah yang mereka lakukan ternyata hanya mendapat apresiasi miring dari peserta. Ternyata kebersamaan dan yang kami harapkan hanyalah harapan usang yang terbang ditiup angin muson.

Ketika panitia memasang muka bête dan OC Konsumsi mulai berderai air mata, MOT kita bang Imron Gusroni maju sambil bertepuk tangan. Ternyata ini hanyalah rekayasa untuk ‘ngerjain panitia.’ Aneh kedengarannya, kenapa panitia yang ‘dikerjain’ sama peserta? Bukankah itu harusnya terbalik? Alasannya adalah biar impas karena panitia udah ‘ngerjain’ peserta, jalan-jalan di malam hari dan sekarang gantian. Ia bekerjasama dengan peserta untuk aksi ini.
Seketika ruangan itu penuh keharuan dengan derai air mata panitia. Tidak disangka ini hanyalah rekayasa semata. Satu persatu peserta menghampiri panitia yang menangis untuk meminta maaf. Kemudian mereka (peserta dan panitia) berbaur dalam sebuah lingkaran besar. Tidak ada pembatas antara panitia dan peserta, semua dalam kebersamaan. Dan di dalam lingkaran itu pun masih ada panitia yang berderai air mata seperti orang patah hati. Kita bermuhasabah, berdoa kepada tuhan, mengucap syukur atas segala nikmat dan karunianya dan lagi-lagi ruangan itu penuh haru.
 

Singkat cerita, acara ditutup oleh seremonial penutupan dan pemberian sertifikat secara simbolis kepada seluruh peserta tapi sertifikat itu dikembalikan lagi karena belum ditandatangani dan diberi stempel.

Setalah acara penutupan, peserta dipersilakan mengemasi barang-barang yang mereka bawa, sholat ashar, dan mengambil barang-barang yang disita. Selesai itu, mereka menuju panti asuhan untuk melaksanakan baksos dan selesai lah acara LKM 2011 ini. Segala kekurangan dalam pelaksanaan hendaknya dijadikan pembelajaran untuk pelaksanaan LKM di tahun mendatang.

Salam sejahtera
HIDUP MAHASISWA!!!


Posting Komentar